Lupus, anak nakal yang doyan permen karet itu, ternyata malah sering dikangeni. Hadirnya dia di tengah-tengah teman-temannya membuat hidup remaja lebih berkelir. Penuh warna-warni indah. Padahal, apa sih kelebihan yang dimiliki Lupus? Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos? Penampilannya yang berkesan santai? Atau justru sikapnya yang kadang-kadang nakal?
Nggak tau ya. Yang jelas tiada hari ceria tanpa kehadiran dirinya (taela!). Tiada rasa rindu tanpa canda ria bersamanya. Itu kata mereka sendiri : remaja. Sedang Lupus sendiri menanggapi dengan cuwek bebek aja "Ah, enggak enak dikangeni itu. Kalo kebetulan berhalangan hadir, suka ditanya-tanya terus. Repot, kan...," katanya sambil cengar-cengir.
Tapi tentang keberhasilan Lupus jadi idola remaja ini, penulisnya cuma bisa ngerendahin diri, ninggiin mutu,"Ah, itu kan cuma karena selera saya memang sama dengan selera remaja pada umumnya. Jadi apa yang disukai remaja, biasanya saya juga suka."
Dan judul keempat dalam seri Lupus : Tragedi Sinemata ini tetap akan memuaskan kamu semua. Soalnya, selera kita kan memang sama. Jadi, mau apa lagi?

Ketika kemaren main ke toko buku, dan terdampar di rak-rak buku untuk anak remaja, saya teringat Lupus. Membayangkan tokoh dan cerita Lupus dengan yang ada di buku-buku di depan saya.
Lupus itu remaja dengan sisa jaman duran-duran di rambut jambulnya. Dia anak yatim, ibunya usaha katering, adiknya Lulu. Teman-teman Lupus ada Popi, Rina, Boim, Gusur, Anto, Fifi Alone, dan banyak lagi.
Ceritanya sering gokil tapi tak jarang sarat pesan.
Lupus juga mandiri menjadi wartawan magang, tetap bisa membantu Ibunya. Sayang sama adiknya dan tetap rutin menjailinya. :p Tetap sayang sama Popi pacar pertamanya, meski ketika apel pertama, Lupus lupa menyakan alamat rumah Popi. :))
Ada cerita anak kecil yang makan es krim di bulan puasa di depan Lupus. Anak itu adalah anak jalanan yang melakukan itu karena dendam. Ia merasa berhak menikmati makanan itu di depan orang berpuasa. Karena di bulan lain, dialah yang kelaparan sementara orang lain selalu kenyang. Lupus dengan gayanya menyelesaikan masalah itu, tidak so' tua tapi tetep ancur. Itu kalimat lain dari, "saya lupa solusi lupusiannya." :D
Ada cerita manusia sirik yang selalu mencela Lupus dengan karya tulisnya. Manusia pencela nomer wahid buat Lupus. Ada grafis si pencela nomer wahid dengan seragam Sirik di Majalah Bobo di sela bab cerita ini. Kesirikan si pencela nomer wahid juga mengganggu Rina. Hingga suatu hari kelas mendaulat Lupus membaca puisi. Lupus langsung disambut dengan celaan bahwa ia tidak mampu menulis puisi bagus dan membacakannya dengan baik. Lupus tetap maju setelah semalaman pusing dengan puisi yang ingin ditulisnya. Lupus membacakan puisi. Lupus turun dari panggung. Pencela nomer wahid buka mulut, keluar semua sampah dari mulutnya atas puisi yang dibacakan Lupus. Singkat jawab Lupus, "iya yah? Itu kan puisi cinta yang lo kirimin untuk Rina." Lupus melakukan skak mat dengan baik!
Tidak melulu kegokilan, namun pesan yang tetap sesuai untuk anak muda.
Pesan ala Lupus jaman sekarang masih adakah di antara rak-rak buku itu?
SERU!!!! Cerita lupus selalu seru karena emang gak menye-menye aja dibaca ditahun-tahun sekarang ini tuh. Segi bahasa dan bahasannya pun enak buat diikutin. Kagetnya di buku ini cerita cinta lupus agak complicated juga yhaaa (hmmm).
Download gratis Lupus: Tragedi Sinemata by Hilman Hariwijaya
Silahkan download dan baca secara offline melalui perangkat mobile ataupun melalui perangkat dekstop Anda.
Untuk mengunduh ebook yang berjudul "Lupus: Tragedi Sinemata by Hilman Hariwijaya", silahkan klik tombol di bawah ini.
Terima kasih telah berkunjung. Untuk mengetahui cara membaca ebook, buku, novel, komik dan karya menarik lainnya, silahkan lihat di sini.
Posting Komentar