Edensor by Andrea Hirata

Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!

Dalam masa sehari saya berjaya menamatkan 2 karya Andrea Hirata; Sang Pemimpi dan Edensor. Novel-novel tersebut merupakan buku kedua dan ketiga daripada tetralogi Laskar Pelangi.

Laskar Pelangi mendiami sudut istimewa di hati saya (yang pertama sentiasa yang terbaik!) Namun, Edensor akrab dengan saya secara peribadi. Pendidikan masih menjadi tema utama novel dan mimpi-mimpi adalah enjin yang menggerakkan manusia untuk berani maju.

Di dalam Edensor, Ikal berjaya melanjutkan pelajaran S2 (pascasiswazah) di Universiti Sorboune, Perancis. Anak Melayu miskin daripada Pulau Belitong ini nyata tergamam melihat dunia yang serba berbeza, baik dari segi cuaca, geografi, budaya dan bahasa.

Mimpi Ikal untuk menjelajah seluruh Eropah dan benua Afrika masih tersimpan kemas. Bersama Arai, mereka berdua mengembara dari Perancis, turun ke Belanda, tembus ke Eropah Barat, naik ke negara Skandanavian, masuk ke barat Rusia dan seterusnya. Mereka mendapatkan biaya perjalanan dengan membuat persembahan street art; menjadi tugu ikan duyung! Duit belas ihsan pelancong yang terhibur dengan persembahan mereka berdua menjadi bekalan utama untuk meneruskan impian kembara.

Setiap bab (mozaik) pasti punya humor dengan gaya khas Andrea. Ceritanya lembut, mengesankan, menginspirasikan.

Tema mahasiswa dan kembara sentiasa dekat di hati saya, memandangkan dua perkara tersebutlah yang menjadi kehidupan saya empat tahun yang terakhir ini.

Adakah saya patut meneruskan kisah pertualangan Ikal di dalam Maryamah Karpov atau berehat sebentar?

Kali ini Andrea mengeksploitasi cerita tentang bagaimana schock culture ketika 'anak udik' ketemu dengan peradaban lain, eropa. Dimana mana ternyata ide ini membuat sesuatu yang segar dan menarik. Dari jaman Charlie Caplin , Dono-Kasino-Indro hingga Extra Vaganza selalu memakai resep ini. Hal in juga dilakukan Andrea untuk melatar belakangi cerita pada laskar pelangi dan sang pemimpi, bedanya pada laskar pelangi berupa benturan antara 'budaya proletar' kaum 'kuli tambang melayu' dengan budaya elit PN Timah. Sedangkan di Sang Pemimpi antara budaya 'melayu udik' dengan budaya urban depok, bogor dan jakarta.

(Sepertinya ide pertentangan/konflik budaya ini memang selalu menjadi latar belakang cerita yang menarik, Nagabonar jadi 2 juga berhasil dengan membawa latar belakang ini.)

Memang seperti di dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea membawa kita dalam konflik budaya yang kemudian terjadi berbagai negosiasi cerdas. Dalam Edensor bentuk negosiasi ini cukup menarik, yaitu dengan menjadikan pertentangan budaya itu dalam bentuk paradoks paradoks yang menggelitik.

Taruhlah ungkapan Andrea ttg. Kehidupan Mahasiswa Cerdas di Sorbonne yang disebutnya sebagai paradoks kedua: . " Sering aku merasa heran. Kawan kawanku The Brits, Yankee, kelompok Jerman, dan Belanda adalah para pub crawlwr kawakan. Mereka senang bermabuk mabukan. Tak jarang mereka mabuk mulai jum'at sore dan baru sadar senin pagi.Sebagian hidup mereka seperti bohemian, mengaitkan anting di hidung, mencandu drugs, musik trash metal, beriorientasi seks ganjil, dan tak pernah terlihat tekun belajar, namun mereka sangat unggul di kelas. Aku yang hidup sesuai dengan tuntutan dasa darma pramuka, taat pada perintah orang tua, selalu belajar dengan giat dan tak lupa minum susu, jarang dapat melebihi nilai mereka"

Dan juga di sana sini terjadi sentilan sentilan untuk negeri asal seperti cerita tentang pejabat Indonesia yang dilihatnya ada di Brussel, markas besar Uni Eropa, dengan muka rendah diri..'pasti urusan hutang' katanya. Tak kalah lucu cerita tentang tradisi 'sok wah' para pejabat yang mau meminta utang itu, katanya pejabat Indonesia datang ke pertemuan pembahasan utang itu dengan menyewa lomosin di Prancis sana, sedangkan orang orang jepang yang mau ngurus utang datang dengan hanya naik bis.( Ha..ha..ha. inilah kita..)

Membaca petualangan Ikal dan Arai keliling eropa dan afrika mengingatkan kita denga Novel 'SI Roy' nya Gola Gong dulu. Sepertinya khusus untuk Edensor kalau ada acara bedah buku, perlu datangkan Gola Gong sebagai pembanding atau second opinion.

Petualangan yang lagi lagi khas sebagai orang Indonesia yang berpetualang, dan lagi lagi motivasi petualangannya adalah karena Mimpi mimpi masa kecil ketika ingin menaklukkan sebagain muka bumi dan juga 'cinta sejati' si Ikal, demi menemukan A Ling yang terus dia cari. Dia aduk aduk dari pedalaman Skandinavia, Balkan sampai Pedalaman Zaire. Bayangkan gimana tersanjungnya A Ling dengan perjuangan laki laki ' bodoh' tapi ngagenin ini ha ha ha.

Terus Katya siapa ? Siapa Aqil Barraq Badruddin ? Bagaimana Ikal dan Arai membiayai perjalanan mereka ? Atau terus Edensor itu akan muncul dimana...? Yah baca saja yah, gak seru kalau diceritakan detail.

Yang jelas kali ini aku bisa baca edensor berulang ulang sampe puas, karena bukan seperti ketika baca Laskar Pelangi yang tak tamatkan di Gramedia, karena waktu itu lagi pengen baca buku tanpa harus beli (sekitar seminggu bolak balik ke gramedia..he...he..), atau Sang Pemimpi yang waktu itu mahal banget rasanya yang namanya konsentrasi.

Akhirnya, makasih Andrea..., Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor....sudah jadi latar belakang cerita hidupku.

Ada petuah ibu Muslimah yang dikutip Ikal di Edensor ini lagi, "Kalau ingin pintar, Bacalah Al Qur'an, Bersekolahlah , dan Berkelanalah......"

Download gratis Edensor by Andrea Hirata

Silahkan download dan baca secara offline melalui perangkat mobile ataupun melalui perangkat dekstop Anda.

Untuk mengunduh ebook yang berjudul "Edensor by Andrea Hirata", silahkan klik tombol di bawah ini.

Terima kasih telah berkunjung. Untuk mengetahui cara membaca ebook, buku, novel, komik dan karya menarik lainnya, silahkan lihat di sini.

Posting Komentar